Oleh : Fajri
Kebanyakan manusia sering menghitung apa yang telah diberikan, berharapkan balas yang setimpal. Terkadang terlena diberi balasan yang lebih, tetapi merasa tak pantas ketika menerima yang sedikit. Diri yang jarang membandingkan banyaknya memberi dengan yang diterima. Syukur gagap menghinggap di hati. Karena sudah tak biasa menghargai yang kecil, berat hati menghormati yang besar. Berkeluh kesah menghadapi kepahitan hidup terus menjangkit dalam batin yang kurang ramuan syukur.
Tak memandang keniscayaan pahitnya hidup itu adalah suatu kesalahan. Karena
huruf (و) pada permulaan Surah Al-Baqarah ayat 155 menurut mufassirin bukanlah ‘ataf (penyambung) melainkan qasam (sumpah). Kemudian diikuti dengan (ل) tawkid (penegas), “wallahi lanabluannakum” (demi Allah, sungguh kami akan menimpakan bala ujian bagi kalian). Pada hakikatnya kepahitan itu menguji, maka dia tentu baik bagi yang mempersiapkan diri. Dan ingatlah bahwa kadar pahit itu “sedikit” tertunjuk padaa lafaz, “bisyaiin min..”.
huruf (و) pada permulaan Surah Al-Baqarah ayat 155 menurut mufassirin bukanlah ‘ataf (penyambung) melainkan qasam (sumpah). Kemudian diikuti dengan (ل) tawkid (penegas), “wallahi lanabluannakum” (demi Allah, sungguh kami akan menimpakan bala ujian bagi kalian). Pada hakikatnya kepahitan itu menguji, maka dia tentu baik bagi yang mempersiapkan diri. Dan ingatlah bahwa kadar pahit itu “sedikit” tertunjuk padaa lafaz, “bisyaiin min..”.
Sedikit pahit itu menguji, walau sedikit terselip secercah hikmah. Bukanlah pahit jika menuai hikmah. Melainkan pelajaran yang terkemas rapi, yang perlu ditelusuri kemudian diidentifikasi dengan terpenuhnya notifikasi H1 ; tidak ada pengaruh buruk yang tersirat. Kalaulah H1 belum terpenuhi, sebenarnya belum cukup daya tuk memberi bukti.
Terlalu lelah jika membahas kepahitan, karena bagaimanapun upaya tuk mebantah tidak akan menemui titik yang benar-benar pahit. Sebaliknya, ketika hendak membahas mengenai kenikmatan, sungguh lautan sebagai tinta berpenakan ranting tak cukup menuliskan kelimpahannya. Hinalah seorang hamba yang tenggelam dalam ketirnya mengeluh, sungguh merananya merasa merana. Semoga ikhtisar ini dapat sedikit menyegarkan dan supaya ridha dengan apapun yang kita terima.

ConversionConversion EmoticonEmoticon